Menurut Dirut Perum Bulog Mustafa Abubakar, realisasi yang rendah ini diduga karena minimnya pelaku ekspor yang merealisasikan rencananya untuk mengekspor beras premium tersebut.
Dari pemantauan Bulog hingga akhir Juni 2009, baru 3 perusahaan yang tercatat merealisasikan izin ekspor berasnya.
Tiga perusahaan itu antara lain PT Alam Makmur Sembada yang mengekspor ke Turki sebanyak 800 ton, 230 ton ke Siria dan 146 ton ke Selandia Baru. Untuk PT Jati Sari telah mengekspor ke Kenya sebanyak 45 ton dan PT Padi Unggul sebanyak 500 ton ke Amerika Latin.
"Jadi hanya sekitar 1.500 ton, padahal target 100.000 ton, untunglah Bulog tidak masuk," ucap Mustafa sambil tertawa.
Untuk itu ia mengusulkan jika pada tahun 2009 ini terjadi kelebihan pasokan beras untuk beras medium, maka sebaiknya kelebihan itu dikonversi menjadi perluasan lahan atau peningkatan produk beras premium atau beras aromatik untuk mensiasati tingginya permintaan jenis beras tersebut di luar negeri.
"Bagaimana kalau digeser jumlah tanam beras premirum lebih besar lagi. Katakanlah, kalau sekarang 1%, kalau dinaikan menjadi 5% (luas lahan) ini sangat membantu sekali, karena menurut Ayong (pelaku ekspor, pemilik Alam Makmur Sembada) permintannya besar sekali," paparnya panjang lebar.
Peluang ini kata Mustafa harus bisa direbut karena sampai saat ini yang mampu memproduksi beras berkualitas premium atau beras aromatik asal Indonesia belum ada satu pun negara yang bisa menirunya.
"Kalau mereka sudah ketagihan beras aromatik, maka soal harga tidak akan menjadi masalah bagi mereka," kilahnya.
0 komentar:
Posting Komentar