Tanjung Priok Berdarah, Satpol PP Bentrok dengan Warga, Tiga Tewas

[ Kamis, 15 April 2010 ]

Dipicu Penertiban Satpol PP di Areal Makam Keramat

JAKARTA - Kawasan Tanjung Priok kemarin (14/4) berdarah. Ratusan aparat satpol PP (satuan polisi pamong praja) terlibat bentrok dengan warga di sekitar areal pemakaman Mbah Priok di Koja, Jakarta Utara.

Dari informasi yang dihimpun tadi malam, korban tewas dilaporkan mencapai tiga orang. Seorang dari satpol PP, seorang dari warga, dan seorang lagi masih diidentifikasi. Korban yang mengalami luka ringan hingga luka berat mencapai puluhan orang.

Peristiwa berdarah itu terjadi ketika aparat satpol PP akan menertibkan areal pemakaman atas perintah Gubernur DKI Jakarta Fauzi Bowo. Tapi, upaya tersebut ditolak warga. Alasannya, pemakaman itu termasuk yang dikeramatkan karena terdapat makam Habib Hasan bin Muhammad Al Haddad alias Mbah Priok.

Apalagi, keluarga ahli waris dari Mbah Priok juga menentang upaya penertiban tersebut. Karena itu, sejak Selasa (13/4), warga pun beramai-ramai menjaga areal pemakaman tersebut.

Meski ditentang, aparat satpol PP tetap bergerak untuk menertibkan. Mereka bahkan bersiap-siap sejak pukul 19.00 Selasa (13/4) di Balai Kota Jakarta Pusat. Dua jam kemudian, mereka mengadakan apel akbar di tempat itu.

Sekitar pukul 01.00 keesokannya (14/4), pasukan satpol PP dipindahkan menuju kantor wali kota Jakarta Utara. Di sana, mereka bergabung dengan anggota Polres Jakarta Utara. Beberapa jam berselang, gabungan aparat itu bergerak menuju lokasi.

Sekitar pukul 05.00, polisi sudah memblokade jalan menuju makam dan mengusir kendaraan yang parkir. Dua jam kemudian, aparat satpol PP tiba di lokasi.

Ratusan warga ternyata sudah bersiap-siap menyambut untuk melawan. Kebanyakan mereka membawa senjata tajam. Ban-ban bekas dibakari warga untuk menghadang aparat satpol PP itu. ''Kami siap mati demi mempertahankan makam,'' ujar salah seorang warga setengah berteriak.

Sekitar pukul 07.00, bentrok pun tak bisa dihindarkan. Itu terjadi setelah aparat satpol PP merangsek maju menuju areal pemakaman, lalu disambut lemparan batu oleh warga.

Tindakan tersebut memancing emosi aparat satpol PP. Mereka lantas membalas serangan itu hingga mengepung gerbang pertama makam yang baru dibangun.

Warga semakin marah. Mereka lantas melemparkan sejumlah bom molotov dan petasan. Upaya itu sempat membuat aparat satpol PP mundur. Tak lama kemudian, sebuah ekskavator digerakkan untuk membongkar tembok makam.

Aksi tersebut kembali menyulut emosi warga. Di antara mereka ada yang nekat merangsek maju. Bahkan, beberapa di antaranya mengejar sopir ekskavator itu hingga si sopir melarikan diri.

Saat warga merangsek maju itulah, dua aparat satpol PP menjadi korban. Mereka dibacok. Salah satunya adalah Hermanto. Tangan kanan warga Penjaringan, Jakarta Utara, tersebut terluka parah.

Hal itu membuat aparat satpol PP lainnya marah. Mereka mulai beringas menyerang warga yang berusaha bertahan. Karena itu, korban yang mengalami luka-luka pun bertambah.

Sebenarnya, dalam insiden tersebut sudah dilakukan beberapa kali negosiasi, tapi tetap tak membuahkan hasil. ''Kami sebenarnya rida dibongkar. Kami akan berikan 1 hektare di antara total 5,4 hektare. Jadi, kami punya sekitar 4 hektare. Tapi, mereka malah minta semua dan negosiasi ditutup,'' ujar Ian Juanda Saputra, salah seorang kuasa hukum ahli waris.

Penertiban itu merupakan instruksi Gubernur DKI Jakarta Fauzi Bowo. Dalam instruksi tersebut, satpol PP diperintahkan mengeksekusi tanah perkuburan, terutama di sekitar makam Mbah Priok yang diklaim sebagai milik PT Pelabuhan Indonesia (Pelindo) II.

Berdasar informasi, tanah itu akan dibuat jalan tol serta kanal. Sementara itu, informasi lain menyatakan, di areal makam tersebut bakal dibangun terminal peti kemas. Ada juga yang menyebutkan, di areal makam itu akan didirikan taman dan monumen seluas 100 meter persegi.

Tapi, apa pun rencana itu, semuanya ditolak warga. Mereka menyayangkan Pemkot Jakarta Utara yang menutup mata terhadap bukti kepemilikan lahan yang menjadi sengketa tersebut. Keikutsertaan Pemkot Jakarta Utara itulah yang memicu semakin marahnya warga. Sebab, sengketa tersebut sebenarnya terjadi antara warga dan Pelindo II.

"Kami wakil ahli waris tidak menutup pintu dialog. Kalau milik Pelindo, kenapa jauh hari sebelumnya dipagar?" keluh Zulhendri Hasan, wakil ahli waris.

Hingga tadi malam, suasana masih mencekam di sekitar lokasi bentrokan tersebut. Itu adalah tragedi kedua yang terjadi di Priok. Tragedi pertama terjadi pada 1984. Kejadian saat itu juga menewaskan beberapa warga. Bahkan, beberapa di antaranya hilang.

Berdasar laporan yang masuk, korban tewas dalam tragedi kemarin sebanyak tiga orang. Seorang korban tewas berasal dari satpol PP. Dia adalah M. Soepomo yang ditemukan tewas di kawasan peti kemas kompleks Pelindo. Kondisinya cukup mengenaskan. Seragam satpol PP yang masih melekat pada badannya dipenuhi bercak darah.

Dari warga, korban bernama Alvin. Umurnya diperkirakan baru 13 tahun. Dia adalah salah seorang santri pondok pesantren di sekitar makam.

Di bagian lain, jajaran Polda Metro Jaya menyimpulkan bahwa kerusuhan di kawasan Koja, Tanjung Priok, itu bukan murni perlawanan warga terhadap rencana peralihan fungsi makam Mbah Priok. Menurut polda, kerusuhan tersebut muncul karena disusupi unsur lain yang memanas-manasi situasi. Hal tersebut disampaikan oleh Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombespol Boy Rafloi Amar pada Rabu petang (14/4).

Menurut dia, berdasar penyelidikan jajaran reserse dan intelkam kepolisian, sudah diidentifikasi kelompok-kelompok dari ormas-ormas tertentu dari luar kawasan Koja, Tanjung Priok, yang masuk ke Koja untuk melawan polisi maupun satpol PP."Sangat disayangkan, mereka (kelompok itu, Red) merusak mobil-mobil pemerintah, termasuk mobil polisi dan satpol PP," terangnya.

Terkait dengan korban meninggal, mantan Kapolres Jakarta Utara tersebut memastikan tetap ada proses hukum terhadap para tersangka. Termasuk, mengusut pemicu bentrokan, yakni ketika ribuan anggota satpol PP merangsek masuk ke kompleks makam Mbah Priok.

"Yang jelas, kejadian tadi pagi (kemarin, Red) bukan untuk menggusur makam, melainkan mengalihfungsikan kompleks makam. Kami (polisi, Red) berposisi sebagai back up (membantu saja, Red). Sebab, tugas utama ada di satpol PP dan Dinas Trantib DKI Jakarta," paparnya.

Saat ditanya apakah pemicu kerusuhan, yakni satpol PP dan dinas trantib, akan diproses secara hukum, dia menjawab bahwa hal tersebut tetap diselidiki.

0 komentar:

Posting Komentar

KEOSABO

Sepenggal kata yang mungkin tak bisa di hilangkan dari dinamika perkembangan kota Sorowako. Tidak sekedar nama, melainkan sebuah rumah, wadah, klub, team, bahkan organisasi professional yag turut memberi warna kehidupan di kota Sorowako. Awalnya Keosabo dibentuk oleh komunitas teman-teman sepergaulan dan seperjuangan pada saat masa SMP sekitar tahun 1999-2000. Dan awalnya adalah komunitas bagi Sahabat2 seangkatan di SMP YPS Sorowako itu sendiri. Mengenai arti atau apa sebenarnya Keosabo itu sendiri..Merupakan kependekan dari Kencang Oke..Santai Boleh yang kemudian di singkat menjadi Keosabo. Nah, mungkin pada saat itu nama ini sangat pas menaungi komunitas ini. Yang pada saat itu memang lagi focus pada komunitas motor dan atau otomotif. Komunitas motor Keosabo di kenal santun dan solid serta bersahabat dengan komunitas2 motor lain di Sorowako

Hari berganti hari, masa beralih masa..Keosabo tumbuh dan berkembang begitu dewasa hingga ke jenjang SMU YPS Sorowako. Di iringi semangat kekeluargaan dan spirit anak muda yang memang lagi dalam masa proses pencarian jati diri (eksistensi), teman2 yang bergabung pun makin bertambah. Bertambahnya anggota makin membuat Keosabo makin penuh dengan nuansa baru dan potensi yang begitu besar. Bukan hanya bidang otomotif fokusnya..dunia musik, sport, dan kegiatan lainnya pun di rambah. Dari skil musik teman2 Keosabo yang hobby musik, maka Sahabat2 mencoba memadukan harmonisasi musik dalam satu band. Sempat eksis di dunia musik Sorowako dengan mengikuti berbagai ajang musik dan pentas seni di Kota Sorowako. Tidak hanya sampai di situ..Keosabo juga terus ikut andil dalam berbagai kegiatan2 positif, kreatif dan intelektual di Sorowako hingga Akhir masa SMU, dan terus solid hingga kini dan detik ini.

Sekarang para personil dan Sahabat2 Keosabo banyak yang menimba ilmu di luar Sorowako. Ada yang di Jogja, Bandung, Makassar, Malang, Jakarta, Surabaya, Semarang, bahkan di luar negeri pun ada. Namun jarak bukan penghambat untuk terus berkomunikasi dan bersatu. Dimana-mana nuansa akrab Keosabo masih terjaga. Jadi, ketika kita kemana2..mo ke Jogja, Bandung, Makassar atau dimanapun..sahabat2 Keosabo dengan ramah menemani. Masih terasa kental aroma persahabatan yang tak lekang oleh waktu. Dasar Anak Keosabo..dimana2 dan kapanpun masih tetap kreatif. Hahaha..Canda tawanya tidak banyak yang berubah, sulit terlupakan dan tergantikan.
Miss u All Friends.
Glory For You All..Forever and Always.
banner angingmammiri
CO.CC:Free Domain

10 chord terlaris untuk minggu ini

chat